Jumat, 25 Juni 2010

VIBRIO

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroba di alam hampir terdapat di semua tempat. Di udara mulai dari permukaan tanah sampai lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut terdapat sampai di dasar laut yang paling dalam. Di alam air seperti di air sungai, selokan, kolam atau air sawah. Pada tanah yang subur, kira-kira terdapat 50 juta bakteri per gram tanah.

Mikroba terdapat ditempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara yang kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus, pada saluran pernapasan dan pada seluruh permukaan tubuh yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal. Pada setiap sentimeter persegi kulit terdapat sekitar 10.000 sampai dengan 100.000 ribu bakteri.

Masuknya mikroba kedalam jaringan tubuh, kemudian berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit disebut infeksi. Gejala klinik sebagai akibat adanya infeksi bisa sembuh kembali secara sempurna (kelainan pathologinya reversibel).

Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik (http://makalah biologiku.com).

Bakteri adalah salah satu makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop, tetapi memilki peran yang sangat penting dalam kehidupan yaitu dapat menguraikan makhluk hidup. Bisa kita bayangkan jika seandainya tidak ada makhluk hidup yang dapat menguraikan maka dunia ini akan penuh dengan timbunan pepohonan, dedaunan dan makhluk hidup karena tidak adanya proses penguraian oleh makhluk kecil ini.
Bakteri terdapat ditempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara yang kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal.
Tapi kadang-kadang pula dalam keadaan tertentu, misalnya pada saat daya tahan tubuh lemah bakteri komensal maupun bakteri mutualistik bisa menimbulkan penyakit. Bila suatu jenis bakteri dilihat dengan mikroskop akan tampak jelas dengan melalui proses pewarnaan. Pewarnaan bakteri dapat dilakukan dengan satu atau lebih zat warna. Pewarnaan bakteri dengan menggunakan lebih dari satu zat warna diberi nama sesuai dengan penemunya.

1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan laporan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi Vibrio sp pada sampel es kelapa muda gerobak 4 depan Telkom Pettarani.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat mengisolasi bakteri yang terdapat pada sampel es kelapa muda gerobak 4 depan Telkom Pettarani dan untuk mengidentifikasi penyakit yang ditimbulkannya.




1.3 Kerangka Operasional




Pewarnaan gram Pewarnaan flagella


Inkubasi 370 selama 24 jam




Inkubasi 370C selama 24 jam
Pewarnaan gram Pewarnaan flagella

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan umum Vibrio sp
Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofilik yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996).

Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteir ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel (Austin, 1988).

Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri patogen seperti Salmonella, Shigella dan Vibrio cholera (Shuval, 1986).

Infeksi pada luka mungkin ringan tetapi sering berlanjut dengan cepat (setelah beberapa jam), dengan perkembangan lesi kulit bullous, selulitis, dan miositis dengan nekrosis. Karena cepatnya kemajuan dari infeksi, maka diperlukan pengobatan antibiotic sesuai sebelum konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnose didapat melalui kultur organisme pada media laboratorium standar (Jawetz, dkk. 2005).


2.2. Klasifikasi Vibrio
Kingdom : Eubacteria
Divisi : Bacteri
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibro anguillarum Vibrio vulnificus
Vibrio salmonicida Vibrio hollisae
Vibrio alginolyticus Vibrio damsel
Vibrio cholera Vibrio fluvialis
V. parahaemolyticus Vibrio mimicus

2.3. Morfologi dan Identifikasi
2.3.1 Ciri khas organisme




Vibrio
Secara umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakan yang sudah tua.
Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm.
2.3.2 Biakan
Berdasarkan pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, maka bakteri ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu kamar (30°C). TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana sebagian besar galur menghasilkan koloni-koloni yang berwarna biru-hijau (sukrosa negatif). (Jawetz, dkk. 2005).
Dari hasil penelitian terhadap isolat bakteri Vibrio sp, ditemukan enam spesies bakteri patogen Vibrio sp, yaitu :
a. Vibrio Anguillarum
Mempunyai ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red dan H2S negatif.
b. Vibrio alginolyticus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif.
c. Vibrio cholera
Mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
d. Vibrio salmonicida
Mempunyai ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
e. Vibrio vulnificus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan, laktosa bersifat negatif.
f. Vibrio parahaemolyticus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna hijau tua. Karak-teristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, methyl red dan H2S bersifat negatif. Vibrio parahaemolyticus (Vp) merupakan bakteri halofilik Gram negatif.Bakteri ini tumbuh pada kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5 – 43°C,pH 4.8 – 11 dan aw 0.94 – 0.99.Pertumbuhan berlangsung cepat pada kondisi suhu optimum (37°C) dengan waktu generasi hanya 9–10 menit.Seafood yang merupakan produk hasil laut, memberikan semua kondisi yang dibutuhkan oleh Vp untuk tumbuh dan berkembang biak: keberadaan garam, nutrien yang baik serta pH dan aw yang cocok sehingga Vp sering terdapat sebagai flora normal di dalam seafood. Mereka terkonsentrasi dalam saluran pencernaan moluska, seperti kerang, tiram dan mussel yang mendapatkan makanannya dengan cara mengambil dan menyaring air laut .Strain Vp patogen merupakan penyebab penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh produk hasil laut ( seafood ), terutama yang dimakan mentah, dimasak tidak sempurna atau terkontaminasi dengan seafood mentah setelah pemasakan. Gastroenteritis berlangsung akut, diare tiba-tiba dan kejang perut yang berlangsung selama 48 – 72 jam dengan masa inkubasi 8 – 72 jam. Gejala lain adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dan dingin. Pada sebagian kecil kasus, bakteri juga menyebabkan septisemia. Sejak tahun 1997, jumlah kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) yang disebabkan oleh Vp meningkat secara tajam di berbagai kawasan dunia.Terjadinya KLB ini telah teridentifikasi disebabkan oleh konsumsi seafood terutama tiram ( oyster ) mentah yang terkontaminasi oleh Vp.Sejak tahun 1997 tersebut, maka seafood terutama tiram dianggap sebagai jenis pangan yang penting diwaspadai dari aspek keamanan pangan.Strain Vp patogen penyebab gastroenteritis sangat beragam.Strain Vp patogen dengan serotype O3:K6 sejak tahun 1996 muncul menjadi sumber patogen baru penyebab keracunan pangan. Kasus keracunan karena Vp lebih banyak terjadi pada musim panas.Kondisi ini berkorelasi positif dengan prevalensi dan jumlah kontaminasi Vp pada sampel seafood lingkungan yang juga meningkat dengan meningkatnya suhu perairan.Tingkat salinitas air laut juga berpengaruh pada tingkat kontaminasi. Teknik analisis berpengaruh pada tingkat prevalensi dan tingkat isolasi Vp dari seafood. Untuk pengendalian tingkat kontaminasi didalam seafood, diperlukan pemilihan metode analisis yang lebih sensitifitas dengan waktu deteksi yang lebih cepat.Teknik analisis berdasarkan deteksi gen (tlh, tdh dan/atau trh) memberikan hasil yang lebih akurat untuk mendeteksi strain patogen dibandingkan dengan teknik MPN-konvensional yang berdasarkan pada reaksi biokimiawi. Pada sampel seafood dari lingkungan dan pasar ritel, Vp patogen hanya terdeteksi dalam jumlah rendah (<100 sel per-gram).Prevalensi dan tingkat kontaminasi Vp dalam sampel seafood lingkungan dan pasar ritel juga seringkali jauh lebih kecil dari batas maksimum Vp yang diijinkan FDA didalam seafood yang akan dijual (104 sel per-gram).Kondisi ini juga terjadi pada sampel yang diambil selama terjadinya (www.google.com).
Atau dapat dilihat dari kolom dibawah ini :
NO MEDIA CHOLERA ELTOR PARAHAEM NAG
1 Simmon’s citrate Positif Positif Positif Positif
2 Urea agar Negatif Negatif Negatif Negatif
3 Lysine iron agar Positif Positif Positif Positif
4 TCBS Kuning Kuning Hjau Kuning
5 Glucose Asam Asam Asam Asam
6 Lactose Alcalis Alcalis Alcalis Alcalis
7 Manniet Asam Asam Asam Asam
8 Maltose Asam Asam Asam Asam
9 Sacharose Asam Asam Alcalis Asam
10 Oxydatie test Positif Positif Positif Positif
11 Stiring test Positif Positif Positif Positif
12 Haemolysa test Negatif Positif Negatif ?
13 Haemagglutinasi Negatif Positif Negatif ?
14 Polymixin B test Sensitif Resistent Resistent ?
15 Phage test Sensitif Resistent Resistent Resistent


2.4. Media Perbenihan Vibrio sp
Bakteri Vibrio adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996).

Media yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Soemarno, 1962).
1) T.C.B.S. Agar plate
Biasanya koloni Vibrio yang tumbuh pada media ini berwarna kuning, koloni sedang - besar, smooth, keping,jernih,tepinya tipis, dilingkari oleh zone berwarna kuning, ada yang koloninya berwarna hijau.

2) Mac Conkey agar
Koloni Vibrio yang tumbuh pada media Mac conkey berukuran kecil-kecil, tidak berwarna atau merah muda dan sedikit cembung.

Beberapa test yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut (Soemarno, 1962):
TSIA : Lereng : Alkali
: Dasar : kuning
: Gas : (+)positif
SIM : Sulfur : (-)negatif
: Indol : (+/-) positif/negatif
: motility : Aktif
SC : (+/-) positif/negatif
Oxidase test ; (+)
Glucose OF : Fermentative
String test : (+)
Catalase test : (-)negative

2.5. Sifat Patogenitas dan Gejala Klinis
Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara eksperimen dapat juga menginfeksi hewan. Hewan laut yang telah terinfeksi Vibrio khususnya Udang, akan mengalami kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu makan hilang, badan mempunyai bercak merah-merah (red discoloration) pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat menyala. Udang yang terkena vibriosis akan menunjukkan gejala nekrosis. Serta bagian mulut yang kehitaman adalah kolonisasi bakteri pada esophagus dan mulut. Vibrio tidak bersifat invasif, yaitu tidak pernah masuk kedalam sirkulasi darah tetapi menetap di usus sehingga dapat menyebabkan gastritis pada manusia. Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Vibrio menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas, musinase, dan eksotoksin. Toksin diserap dipermukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida sehingga menghambat absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit, terjadilah kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba). Kematian dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar. Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup, yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan toksin. Produksi toksin oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare berair yang merupakan gejala penyakit ini. Proses ini dapat dibuktikan dengan pemberian viseral antibodi. Bila terjadi dehidrasi, maka diberikanlah cairan elektrolit. Immunitas pasif dapat dilakukan dengan memberikan viseral antibodi dan viseral antitoksin yang dapat mengurangi cairan tanpa mematikan kuman. Vibrio jenis lain juga dapat menghasilkan soluble hemolysin yang dapat melisiskan sel darah merah. Struktur antigen Vibrio baik yang patogen maupun nonpatogen memiliki antigen-H tunggal yang sejenis dan tidak tahan panas. Antigen-H ini sangat heterogen dan juga banyak terjadi overlapping dengan bakteri lain. Gartnor dan Venkatraman membagi antigen-O Vibrio menjadi grup O1-O6. Yang patogen bagi manusia adalah grup O1 dari Vibrio coma. Antibodi terhadap antigen-O bersifat protektif sehingga Ogawa, Inaba, dan Hikojima membagi tiga serotip yang mewakili tiga faktor gen yaitu A, B, dan C. Serotip Hikojima atau serotip ketga merupakan campuran antara Ogawa dan Inaba. Atau untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :
Serotip Faktor O
Ogawa AB
Inaba AC
Hikojima ABC

Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Pada Vibrio parahaemolyticus gejala berlangsung sampai 10 hari, rata-rata 72 jam. Sumber penularannya adalah melalui air, makanan, dan minuman yang terkontaminasi oleh lalat. Serta hubungan antar manusia, yaitu orang yang sedang sakit, orang yang telah sembuh dari penyakit, dan orang yang tidak pernah sakit tetapi membawa bibit penyakit atau healthy carrier. Penyebarannya juga bisa melalui air yang tercemar, bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Bakteri Vibrio yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar tubuh dengan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus dan sebagainya. Menurut Wagiyo (1975) dampak langsung bakteri patogen dapat menimbulkan penyakit, parasit, pembusukan DNA toksin yang dapat menyebabkan kematian biota yang menghuni perairan tersebut.Jika semua ikan dan hewan laut mati atau terkena vibriosis, maka akan menyebabkan penyakit bagi manusia yang memakannya dengan gejala awal seperti mual, muntah, diare, dan kejang perut sehingga bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektorlit secara berlebihan, dehidrasi, kolaps sirkulasi, dan anuri. Penyakit ini biasanya hanya dianggap sebagai diare biasa dan masyarakat hanya menganggap remeh serta tidak ditindaklanjuti atau tidak segera diobati sehingga dapat didapatkan angka kematian tanpa pengobatan sebanyak 25-50%. Di Jepang, 5% diare disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus(www.google.com).
2.6. Resistensi
Antibiotik merupakan suatu senyawa kimia yang sebagian besar dihasilkan oleh mikroorganisme, karakteristiknya tidak seperti enzim, dan merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Penggunaan antibiotik yang berlebih pada tubuh manusia dapat menyebabkan resistensi sel mikroba terhadap antibiotik yang digunakan. Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya sel mikroba oleh antibiotik. Sejumlah isolat Vibrio yang diisolasi dari udang ternyata resisten terhadap berbagai macam antibiotik seperti spektinomisin, amoksisilin, kloramfenikol, eritromisin, kanamisin, tetrasiklin, ampisilin, streptomisin, dan rifampisin(google.com).
2.7. Pengobatan
Mengatasi terjadinya dehidrasi dengan pemberian pediatric cholera solution yang banyak mengandung K+ dan HCO3?. Pemberian antibiotic tetrasiklin yang dapat mempersingkat masa pemberian caira atau rehirdasi. Sedangkan pada Vibrio parahaemolyticus adalah dengan pemberian antibiotika kloramfenikol, kanamisin, tetrasiklin, dan sefalotin(www.google.com).
2.8. Pencegahan
 Pendidikan kesehatan (health education)
 Perbaikkan sanitasi khususnya control terhadap vector lalat
 Vaksinasi dapat melindungi orang-orang yang kontak langsung dengan penderita. Berapa lama efek proteksinya belum diketahui. Untuk mengatasi epidemic, efeknya belum jelas. Yang penting adalah efek psikologisnya.
 Diadakan perhatian khusus kepada pekerja-pekerja kapal, perenang, dan juru masak seafood karena habitat dari bakteri ii adalah di laut.
 Pengolahan dan penyimpanan makanan laut harus cermat.


BAB III
METODE KERJA

3.1 Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengidentifikasi Vibrio sp.

3.2 Alat dan Bahan
Alat
Objeck Glass Autoclave
Ose Bulat Tabung Reaksi
Ose Lurus Pipet Tetes
Lampu Spiritus Botol
Mikroskop

Reagen
Carbol Gentian Violet Indicator Methyl Red
Lugol Indikatot BTB
Alcohol 96% α – Naphtol 1 %
Air Fuchsin KOH 1%

Sampel
Air Es Kelapa Gerobak 4 Depan Telkom Pettarani.

Media
- TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose)
- MC (Mac Conkey)
- TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
- Media Biokimia (MR/VP, SIM, Gula-gula, Urea, SCA)


3.3 Prosedur Kerja Pemeriksaan Vibrio sp
 Hari I

 Specimen urin di centrifuge kemudian supernatannya dilakukan pewarnaan gram.
 Dengan specimen yang sama, diambil dengan menggunakan ose steril untuk kemudian ditanam pada media BHIB pada suhu 37o C selama 24 jam.

 Hari II
Bakteri yang tumbuh pada media BHIB ditanam dengan menggunakan ose steril pada media TCBS dan Mac conkey.Semua media yang telah ditanami diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37o C.

 Hari III
 Koloni tersangka yang ditanam pada media selektif TCBS, kemudian ditanam pada media differensial Triple Sugar Iron Agar (TSIA). Diinkubasikan selama 1x24 jam suhu 37°C
 Hari IV
 Dengan koloni yang sama, ditanam pada media gula-gula (glukosa, sukrosa, manitol, maltose dan laktosa ) , media MR/VP, SC dan SIM
 Semua media yang telah ditanami dengan biakan, diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam.
 Hari V
 Media selektif TCBS dan media uji biokimia (gula-gula, SIM, MR/VP, SC, TSIA ) diamati pertumbuhannya.
 Untuk media SIM, ditambahkan dengan reagen Covac’s
 Untuk media MR, ditambahkan dengan reagen Metil Red
 Untuk media VP, ditambahkan dengan KOH 10 % dan α-naftol
 Hasil pengamatan, disesuaikan dengan table pengamatan biokimia untuk menentukan spesies bakteri Vibrio



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
 Hari ke I
Hasil pewarnaan gram

Bakteri gram negatif (-)
Bentuk koma




Hasil Penanaman pada media TCBS dan MC


TCBS MC
Ciri-ciri koloni :
TCBS : Koloni sedang-besar, berwarna hijau, jernih, smooth, keping, tepinya tipis, ada koloni yang berwarna kuning dengan zona yang berwarna kuning juga.
MC : Koloni kecil-kecil, sedikit cembung, tidak berwarna atau merah muda, smooth.
 Hari ke II
Hasil penanaman pada media differensial TSIA


Alkali

Acid

 Hari ke III
Hasil Uji Biokimia

Media gula-gula

Ket :
• MR = Positif (+)
• SIM Sulfur = Negatif (-)
Indol = Positif (-)
Motiliti = Positif (+)

• SCA = Positif (+)
• Gula-gula = Glukosa (+), laktosa (+), maltosa (+), fruktosa (+), mannitol (+).
• TSIA = alkali-acid, gas (-), H2S (-)

4.2 Pembahasan

• Pewarnaan :
Bakteri terlihat berbentuk basil bengkok berwarna merah, hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna merah dari safranin.

• Media – media Perbenihan :
TCBS :
MC :

• Media Differensial dan Uji Biokimia :
TSI Agar
Pada pengamatan, terlihat lereng yang berwarna merah sedangkan dasarnya berwarna kuning (alkali-acid). Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh pada media ini hanya mampu memfermentasi glukosa (bagian dasar) dan tidak mampu memfermentasi laktosa dan sukrosa (bagian lereng).

Gula-gula
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning kerena perubahan pH menjadi asam. Vibrio sp memfermentasikan semua gula-gula menjadi asam.


SIM :
• S (sulfur). Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
• I (indol). Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
• M (motility). Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.

MR (Methyl Red)
Setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dan identifikasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel es kelapa muda gerobak 4 depan Telkom Pettarani yang diperiksa terdapat bakteri Vibrio anguillarum dalam sampel.

5.2 Saran

Dalam melakukan pemeriksaan pada specimen, perlu memperhatikan prosedur kerja tetap identifikasi bakteri Vibrio, agar hasil identifikasi yang diperoleh murni dari satu genus bakteri yang diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya: Salemba Medika
Entjang I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Jawetz dkk, 2007. Mikrobiologi Kedokteran edisi 23.Jakarta: Kedokteran EGC.
Anomi, 2005. Gambar Vibrio Sp.
Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya: Salemba Medika
Http://id.wikipedia.org/wiki. Vibrio Sp.
Manos,J, Wagner, GE. Mycobacteria in Microbiologi and Infectious Disease.1997

1 komentar: